Related Post

Kamis, 13 Mei 2010

BILA KESEMPURNAAN ITU DIBALUT KEMUNAFIKAN

Memberilah terlebih dahulu, baru menerima… meskipun hanya sebuah ungkapan seharusnya selalu ditanamkan dalam jiwa seseorang. Seorang pegawai, pejabat dan pekerja yang baik adalah sosok sesorang yang mau mengabdi dahulu, bekerja dengan baik berdedikasi tinggi, dan beraktifitas secara optimal agar terwujud hasil yang memuaskan. Bukannya mengharapkan fasilitas, apalagi gaji buta dengan cara mengekploitasi orang lain dengan mengandalkan kesempurnaan yang palsu.

Munafik!!! Siapa yang percaya? Gelar, arogan, kesombongan, kejujuran yang palsu. Bukankah itu menyenangkan dan sudah menjadi tradisi atau budaya dinegeri ini. dan bagaimana ungkapan kejujuran dan kesempurnaan diterapkan bagi sepasang kekasih..….Mungkin saja dia berbohong!!. Mungkin justru ingin menghancurkan kesempurnaan dan kesetiaan. Menipu kebaikan dan kasih sayang. Semua orang percaya padanya, dibalik kealiman sifat polos dan lugu terbentuk kepribadian seorang penipu tak kasat mata. Apakah kita Percaya bahwa dia berada di pihak yang benar??? ….Mata hitam memainkan perannya dengan baik. Berhasil menyembunyikan peran sesungguhnya. Bersandiwara dengan sangat sempurna. Tidak ada yang tahu tentang dirinya. Kebaikan, kejujuran atau pun kejahatan. Semuanya merasa dia berada di jalan kebenaran. Tidak ada yang tahu kebenaran tentangnya (itulah manusia).



Sifat munafik bagaikan bara api yang akan membakar habis segala kebaikkan dan pengabdian seseorang kepada Tuhan. Sebagaimana api membakar kayu, tetapi sifat munafik bisa menjadi kayu bakar yang menyalakan api keimanan seseorang dengan bara yang lebih dan sangat panas. Masalahnya, apakah kita memang ingin menyelesaikan dengan tuntas dan jelas yang merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan sederhana, atau kita hanya memilah-milah "korban", lalu pelajaran apa yang mau diambil?
Jadi jika hal ini mau dibereskan, haruslah hati-hati dan bijak. Ibarat "menarik rambut atau benang dalam tepung". Yang satu tidak boleh putus, yang lain dijaga agar tidak berantakan. Semoga kita bisa!

Menurut saya penghargaan yang diberikan Tuhan terhadap manusia adalah jika memberikan yang terbaik dari apa yang dimilikinya. Sepanjang masa, dia akan menjadi ikutan, contoh, teladan, imam, serta kebaikannya selama hidup menjadi buah bibir manusia lain.. Akan berbeda halnya dengan manusia yang egios atau kikir, punya gelar tetapi menganggap dirinya sempurna yang bukan saja jauh dari manusia, tetapi juga jauh dari Tuhan. Karena manusia seperti itu akan dekat dengan dosa dan dekat dengan permusuhan serta kebencian manusia lain. Kalau di ajak melakukan kebaikan mereka lari, ketika melihat harta dan gemerlap dunia mereka berkerumun, tidak memegang sumpah, tidak mensyukuri nikmat dan di hatinya menyimpan rasa dendam. Hati seperti ini diselimuti rasa gelap dan hitam pekat, tidak ada cahaya suci yang menaungi diri, penuh dusta dan bahkan menimbulkan kesyirikan, serta kemaksiatan. Selalu menuruti hawa nafsu dan enggan berbuat taat kepada perintah Allah bahkan justru membelakanginya.

Sebagaimana yang sering diungkapkan, bahwa kita mengetahui keburukan bukan untuk dikerjakan, namun agar dapat berhati-hati, barangsiapa tidak mengatahui keburukan, maka sangat mungkin akan terjerumus ke dalamnya. Oleh karena itu kejujuran sangatlah diperlukan untuk sebuah kesempurnaan. Ini hanya sekedar tulisan mengajak kita bersama untuk belajar tentang pemberian yang terbaik dan pengabdian yang termulia sebagai manusia.

Terima kasih untuk seorang teman yang telah "menginspirasi saya"untuk tulisan ini... "Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian, kejujuran itu adalah masalah hati ,mungkin sedari dini memulai tanamkan belajar untuk itu"

0 komentar:

Posting Komentar