Related Post

Sabtu, 07 Agustus 2010

NegeriKu Sayang NegeriKu punya Hajat

Menjelang peringatan 17 Agustus 2010, Sebuah tempat di pinggir emperan jalan Tegal, terlihat penjaja bendera Merah Putih sedang menunggu pembeli. Aku hampiri dan kebetulan bendera yang ada di rumah sudah waktunya untuk ganti baju. Aku sempat bertanya padanya, dan jawaban itu membuat aku hanya bisa menghela nafas. Si penjual menggeluti usaha tersebut selama 5 tahunan, beda tahun sekarang dengan tahun-tahun sebelumnya, SEPI jawabnya dan jauh dari menguntungkan. Satu bendera merah putih berukuran besar dijual dengan harga Rp 125.000,- untuk ukuran yang sudah ia rangkai dipatok Rp. 150.000 dan untuk bendera merah putih ukuran sedang ia bandrol Rp. 10.000 s/d Rp.15.000,- itu-pun masih ada tawar menawar. Menurutnya dia buka 24 jam tapi kenyataannya dia hanya bisa buka setengah hari. Bayangkan!! …


Masih adakah perasaan nasionalisme pada diri kita sebagai warga negara Indonesia? Tentu jawabnya Ya... bagi generasi atau rakyat kecil mungkin pertanyaan ini bisa terjawab. Namun jika pertanyaan ini disampaikan kepada orang-2 yang mempunyai kedudukan, jabatan tinggi? Masih sempatkah? Atau jangan2 hanya terlewat begitu saja.  Inilah yang seringkali timbul pertanyaan dalam diri saya setiap menjelang 17 Agustus…Mungkin lain dengan pendapat Anda.  (melihat sekitar kita sudah atau mungkin enggan pasang bendera sudah jarang terlihat di hari bersejarah ini) …. itu hanya terlintas di benak saya.
Rasa bangga pada negeri ini sebetulnya dapat kita berikan dengan memberikan penghormatan langsung pada saat kita mengikuti upacara Bendera 17 Agustusan, atau mengikuti perlombaan yang sifatnya tradisional seperti : balap karung, panjat pinang, makan krupuk, pukul bantal, memasukkan bendera ke dalam botol…...Suasana ini dapat kita lihat di perkampungan atau tempat kita tinggal(Mungkin atau bila diadakan). Bangga, memang, kenapa kita tidak  mencintai negeri ini lebih dari sekedar merayakan hari bersejarahnya. Hanya setahun sekali kok!... Loh koq bisa? Kalo dipikir bener juga sih, mungkin arti bersejarah hanya melekat pada anak-anak yang masih duduk di bangku pendidikan, lalu kembali lagi bagaimana dengan instansi, warga sipil macam saya (terkadang kita lupa juga dengan hari bersejarah lainnya) …

Kalo buat saya, tidak ada kewajiban apa-apa tuh (konyol bukan!!)…Kata menghargai hanya bisa melekat pada saat kita sebagai warga yang mau “Berpartisipasi”,  itu mungkin bagi kebanyakan orang tua atau warga. Hal demikian hanya bisa saya lakukan dengan menemani putra atau putri saya yang ikutan berlomba. Tapi apakah iya, di usia belianya mereka ini, jiwa muda bangsa ini masih menggebu-gebu untuk menggapai cita-citanya tersebut….semoga saja.  Hmm... orang asing saja masih bisa menghargai kemerdekaan bangsa ini dengan mengikuti upacara 17 Agustusan dan menikmati suguhan perlombaan yang dirasa di Negara mereka tidak pernah mereka jumpai, tapi mengapa yang memiliki bangsa ini tidak bisa menghargai negeri ini??  (Bodoh bukan!!). Saat dan tanggal seperti itulah kita bisa  melihat berapa banyak anak negeri yang menghormati dan menghargai kemerdekaan bangsa dan jasa pahlawannya di tempat upacara bendera.

0 komentar:

Posting Komentar